Kembali Pulang
"Esok jadi buka bersama ya?,.. di tempat yang kemarin dah aq pesan"_
demikian isi chat yang kutulis setelah memastikan teman se group pun mengiyakan.
Kubuka kalender dihp ternyata:
- esok bukber di kantor,
- Lusa bukber bersama anak yatim di sebuah panti,
- Weekend bukber dengan teman teman komunitas Gamers
- dan beberapa lagi undangan bukber lainnya..
Melewati pertengahan Ramadhan, ajakan buka bersama pun semakin padat saja. Alasannya mumpung pada belum pada mudik atau pulang kampung.
Namun, ternyata aku yang lebih dulu KEMBALI PULANG
Buka bersama hari itu pun ditiadakan. Rombongan rekan sejawat, kolega dan teman-temanku datang ke rumah, Teman dekatku menangis, yang lain matanya sembab tanda turut berdukacita.
Lalu apa…?
Semua grup Line dan WA yang aku ikuti penuh berisikan ucapan belangsukawa. "Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, semoga husnul khotimah."
"Selamat jalan sahabat."
Begitu indah dan haru isinya bila diucapkan.
Foto foto berisikan wajahku baik sendiri maupun bersama teman teman dengan caption kenangan terbaik ramai memenuhi MedSos ku.
Belum lagi ratusan notifikasi, ucapan kaget dan tidak percaya aku telah tiada yang membludak di kolom komentar Facebook ku.
Begitu juga papan bunga ucapan belasungkawa dengan namaku yang ditaruh berjajar sepanjang jalan sampai depan rumahku.
Lihat... Begitu banyak orang yang mencintaiku. Tidak sia sia aku sering menghabiskan waktu bersama mereka bukan?
"Aku Berharap Bisa mengatakan Hal itu.."
Namun Kehidupan akhirat nyatanya tidak seindah itu. Aku bahkan tak tahu menahu adanya ucapan belasungkawa yang dikirim via Tweeter, WhatsApp, Instagram, Facebook dan lainnya.
Aku di gelapnya alam kubur menunggu "Cahaya Do'a" Yah Cahaya Doa dari rekan rekanku yang selama ini kuhabiskan waktuku bersama mereka.
Berpuluh puluh teman kerjaku, hanya mendoakan lewat WA dan Instagram saja. Ternyata do'a mereka di media sosial itu tidak cukup kuat untuk menembus hingga ke liang lahatku, di mana aku dikubur saat ini.
Aku bisa menghitung dengan jari jemariku, hanya ada beberapa titik cahaya saja yang datang langsung dari doa teman temanku yang dipanjatkan tulus di atas sajadah. Bukan do'a basa basi yang di copy paste di atas keypad android mereka,
Kemana kalian sahabat? Bukankah kita sudah terlampau sering melakukan gathering bersama?
Bercanda dan tertawa, nonton bareng, makan bareng, jalan bareng, kegiatan ini dan itu, bahkan ada yg sudah menyebutku sebagai keluarga, ingatkah!?
Atau memang selalu begitu dan hanya akan tetap sebatas ini sejak dulu. Yang hidup di dunia akan tetap berkutat dengan dunianya. Dan sedikit demi sedikit melupakanku, kenangan tentangku akan lenyap dihanyutkan kesibukan dunia. Sehari, seminggu sebulan, setahun, lalu sirna. Terlupakan...
Dan sekarang tinggallah aku seorang diri di alam baka, yang harus mempertanggung jawabkan segala perbuatan dan amal ibadahku selama hidup di dunia ini. Sendirian..
Kalaulah dahulu kepadaku diperlihatkan sedkit saja kehidupan nyata di akhirat, pastilah aku akan memilih chating & sharing dengan Allah Sang Pencipta dibandingkan dengan makhluk-Nya.
Aku akan mengganti belasan bukber yang sering banyak ghibah itu dengan dzikir mengingat Allah atau berkumpul dengan keluargaku.
Akan kuganti tidur sehabis subuh itu dengan dzikir pagi dan shalat Dhuha.
Akan kuganti acara nonton film dan Main Game itu dengan acara Tadarrus serta baca Alqur'an semampuku.
Dan tentu tak akan kusia siakan bulan Ramadhan dengan amalan sekedarnya.
Sebenarnya tanpa harus diperlihatkan kehidupan di akhirat itu akupun sudah tahu namun aku sering berpura-pura lupa.
Hingga waktuku habis sia-sia dan akhirnya datanglah hari penyesalan ini. Apalah artinya banyak teman tertawa bersama makhluk, jika menjadikan kita lupa untuk menangis kepada-Nya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Andai kalian tahu apa yg aku tahu, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
(HR.Bukhari-Muslim)
Inti dan Pelajaran Yang Dapat diambil dari nya
Kudengar bukber di hari 'kepulanganku' itu dibatalkan dan diundur menjadi minggu depannya. Tak ada yang berbeda, hanya berkurang satu kursi dari meja. Ternyata tanpa aku pun mereka tetap bisa ramai dan banyak tertawa.
Selamat tinggal sahabat
Selamat tinggal dunia
Ternyata hanya sesaat kebersamaan kita
Ku tunggu di hari perhitungan Nya
Di saat masing masing kita akan di mintai pertanggungjawaban
* * *
Semoga kita dapat mengambil pelajaran dan tidak sampai mengalaminya,
Semoga kita di wafatkan dengan HUSNUL KHOTIMAH, di jauhkan dari godaan syetan dan dengan izin dan pertolongan Allah, kita akan mampu mengucapkan Kalimat Terakhir dengan
لا اله الا الله , امين اللهم امين