Gila Dunia penyebab kemadharatan
Saudaraku gudang syair, Nabi Muhammad SAW Bersabda Gila Dunia penyebab kemadharatan
مَنْ أَحَبَّ دُنْيَاهُ أَضَرَّ بِآخِرَتِهِ وَمَنْ أَحَبَّ آخِرَتَهُ أَضَرَّ بِدُنْيَاهُ فَآثِرُوا مَا يَبْقَى عَلَى مَا يَفْنَى
“Siapa yang begitu gila dengan dunianya, maka itu akan memudharatkan akhiratnya. Siapa yang begitu cinta akhiratnya, maka itu akan mengurangi kecintaannya pada dunia. Dahulukanlah negeri yang akan kekal abadi (akhirat) dari negeri yang akan fana (dunia).”
(HR. Ahmad, 4:412)
Dalam Al Qur'an surat Adz-Dzariyat juga Allah Azza wa Jalla berfirman,
قُتِلَ الْخَرَّاصُونَ (10) الَّذِينَ هُمْ فِي غَمْرَةٍ سَاهُونَ 11
“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, (yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan yang lalai.”
(QS. Adz-Dzariyat: 10-11)
Saudaraku,
Orang yang gila dunia urusannya akan jadi sulit. Berbeda jika seseorang mengutamakan akhirat. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ
“Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah Azza wa Jalla akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai-beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.”
(HR. Tirmidzi, no. 2465)
Saudaraku,
Agar kita terhindar dari cinta dunia maka kita harus yakin dunia itu fana dibanding akhirat yang kekal abadi. Kita harus senantiasa _qana’ah_ (menerima apa saja yang Allah Azza wa Jalla telah berikan). Kita harus mendahulukan ridha Allah Azza wa Jalla daripada hawa nafsu dan kepentingan dunia, karena akan memperoleh kenikmatan begitu banyak di surga...
Saudaraku,
Kebanyakan dari kita merasa ngeri membicarakan tentang akhirat dan kematian (pulang ke rahmatullah). Jangankan membicarakannya, membayangkannya saja kita tidak berani. Jawabannya adalah karena kita tidak siap menghadapi peristiwa menuju kehidupan di akhirat. Padahal, siap tidak siap kita pasti akan menjalaninya. Siap tidak siap kematian pasti akan datang menjemput. Daripada selalu berdalih tidak siap lebih baik mulai dari sekarang kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian dan kehidupan di akhirat. Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa orang yang paling cerdas adalah orang yang selalu mengingat mati. Dengan kata lain orang yang paling cerdas adalah orang yang mempunyai visi jauh ke depan...
Dengan selalu mengingat visi atau tujuan hidupnya ia akan selalu bergairah melangkah ke depan. Visi seorang Muslim tidak hanya dibatasi oleh kehidupan di dunia ini saja namun lebih dari itu, visinya jauh melintasi batas kehidupan hingga ke akhirat. Visi seorang Muslim adalah kembali dan berjumpa dengan Allah Azza wa Jalla. Baginya saat-saat kematian adalah saat-saat yang terindah karena sebentar lagi akan berjumpa dengan Sang Kekasih yang selama ini dirindukan. Terkadang kita takut mati karena kematian akan memisahkan kita dengan orang-orang yang kita cintai. Orang tua, saudara, suami/istri, anak. Ini menandakan kita lebih mencintai mereka ketimbang Allah Azza wa Jalla. Jika kita benar-benar cinta kepada Allah Azza wa Jalla maka kematian ibarat sebuah undangan mesra dari Allah Azza wa Jalla menuju kehidupan akhirat...
Saudaraku,
Akhirnya orang yang selamat adalah orang yang menyadari bahwa semua harta dan kekuasaan adalah bukan untuk berlaku sewenang-wenang, menzalimi orang lain, melainkan sebagai sarana untuk bisa kembali kepada Allah Azza wa Jalla. Jasadnya mungkin bersimbah keluh berkuah keringat, banting tulang, menundukkan dunia namun hatinya tetap hanya terpaut pada Sang Kekasih Allah Azza wa Jalla...
Saudaraku,
Kita dianjurkan untuk senantiasa berdoa, sebagaimana doa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam,
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ
"Ya Allah, perbaikilah untukku agamaku yang merupakan pelindung segala urusanku. Perbaikilah urusan duniaku yang merupakan tempat aku mencari kehidupan. Perbaikilah urusan akhiratku yang merupakan tempat aku kembali. Jadikanlah kehidupanku ini sebagai tambahan segala kebaikan bagiku dan jadikanlah kematianku sebagai istirahat bagiku dari segala keburukan.”
(HR. Muslim)
Saudaraku,
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata,
“Kefakiran dan kekayaan itu dua tunggangan, aku tidak perduli mana di antara keduanya yang aku jadikan tunggangan. Jika kefakiran maka sesungguhnya di dalamnya ada kesempatan untuk bersabar dan jika kekayaan maka di dalamnya ada kesempatan untuk bersedekah.”
(Tahdzhib Madarij As-Salikin: 2/604)
Saudaraku,
Ada untaian syair yang patut kita jadikan pengingat,
لَمْ يَخْلُقْنَا اللهُ لِنَحْزَنَ هُوَ فَقَطْ يُعَلِّمُنَا الرُّجُوعَ إلَيهِ عِنْدَمَا نَنْكَسِر
"Allah tidak menciptakan kita untuk bersedih. Ia hanya ingin mengajarkan kepada kita untuk kembali kepada-Nya setiap kali kita hancur berantakan."
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menjalani rangkaian kehidupan di dunia yang sementara tanpa melalaikan kehidupan di akhirat yang kekal untuk meraih ridha-Nya..