MANUSIA PALING PANDAI MELIHAT SISI KURANGNYA
Sobat Gudang Syair, Kita adalah hamba yang paling pandai dalam melihat sisi kurangnya dari sebuah nikmat.
Diberi pekerjaan, mengeluh dengan tekanannya, lelahnya atau gajinya. Diberi jalan punya usaha, mengeluh tentang kecilnya pendapatan dan sepinya pelanggan.
Diberi pasangan, yang dikeluhkan sifat buruknya. Diberi anak, yang dikeluhkan nakalnya.
Diberi kesehatan, dikeluhkan bosan. Nanti diberi kendaraan, yang dikeluhkan pun juga pasti ada; perawatannya, bensinnya belum pajaknya. Pokoknya selalu ada saja yang dikeluhkan.
Apa perlu kemudian harus Allah Azza wa Jalla ambil dulu..? baru kita akan menyadari betapa semua nikmat itu amat sangat berharga.
Pekerjaan yang kita keluhkan lelahnya itu adalah pekerjaan yang sangat diinginkan oleh mereka yang menganggur dan berharap punya jalan nafkah untuk keluarganya.
Pasangan yang kita keluhkan itu, adalah jodoh yang sedang diharapkan sebagian orang yang hari ini masih hidup sendiri.
Anak yang kita keluhkan saat ini, mungkin adalah anak yang diharapkan sebagian orang bertahun-tahun lewat doanya, yang bahkan membuat mereka mampu bangun di tengah malam meminta dan bermunajat kepada Allah Azza wa Jalla dengan linangan air mata.
Akhirnya, bukan nikmatnya kurang lengkap. Tapi kemampuan syukur dalam hati kita yang kurang besar. Allah Azza wa Jalla berfirman,
اِنَّ اللّٰهَ لَذُوْ فَضْلٍ عَلَى النَّا سِ وَ لٰـكِنَّ اَكْثَرَ النَّا سِ لَا يَشْكُرُوْنَ
"Sungguh, Allah benar-benar memiliki karunia yang dilimpahkan kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur." (QS. Ghafir: 61)
Tak akan pernah ada nikmat yang sempurna sebagaimana gambaran kita. Yang ada adalah nikmat terbaik yang sudah Allah Azza wa Jalla sesuaikan dengan kebutuhan kita, lalu kita pandai mensyukurinya sehingga nikmat itu menjadi terasa sempurna.
Kita pasti sangat menginginkan hidup barakah, bahagia baik di dunia maupun di surga kelak. Karena kebahagiaan hidup di dunia saja hanyalah sebuah ilusi atau fana.
Barakah bukanlah cukup dan mencukupi saja, tapi barakah ialah bertambahnya ketaatan kita kepada Allah Azza wa Jalla dengan segala keadaan yang ada, baik berlimpah atau sebaliknya.
Barakah itu, _Albarakatu tuziidukum fi thaah_ (Berkah menambah taatmu kepada Allah). Hidup yang barakah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru barakah sebagaimana Nabi Ayub, sakitnya yang demikian parah menambah taatnya kepada Allah Azza wa Jalla. Barakah itu tak selalu panjang umur, ada yang umurnya pendek tapi dahsyat taatnya layaknya Musab ibn Umair.
Tanah yang berkah itu bukan karena subur dan panoramanya indah, karena tanah yang tandus seperti Mekkah punya keutamaan di hadapan Allah Azza wa Jalla tiada yang menandingi. Makanan barakah itu bukan yang lezat, komposisi gizinya lengkap, tapi makanan itu mampu mendorong pemakannya menjadi lebih taat setelah memakannya.
Ilmu yang barakah itu bukan yang banyak riwayat dan catatan kakinya, bergelar Guru Besar, tapi ilmu yang barakah ialah yang mampu menggerakkan dirinya dan masyarakat beramal dan berjuang untuk tegaknya kebenaran dan keadilan...
Penghasilan barakah juga bukan gaji yang besar dan bertambah, tapi sejauh mana ia bisa jadi jalan rezeki bagi yang lainnya dan semakin banyak orang yang terbantu dengan penghasilan tersebut.
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa semakin menambah taat kepada Allah Azza wa Jalla untuk meraih barakah ridha-Nya.




