Tugas kita hanyalah menghamba
Saudaraku seiman dan seIslam, Waktu adalah rangkaian peristiwa yang berlangsung di masa lalu, sekarang dan mendatang. Waktu adalah modal kehidupan bagi makhluk ciptaan-Nya. Perspektif manusia tentang waktu dan kehidupan amat beragam. Keberagaman itu tidak lepas dari faktor tata nilai, norma budaya dan keyakinan yang mendasarinya. Untuk itulah dibutuhkan panduan agar cara pandang dan sikap terhadap waktu selaras dengan kehendak Allah Azza wa Jalla, yaitu merealisasikan tujuan penciptaan manusia untuk mengabdi dan menghamba hanya kepada Allah Azza wa Jalla.
Manusia adalah makhluk Allah Azza wa Jalla yang paling bertanggung jawab dalam kehidupan ini. Manusia diciptakan dengan mandat penuh untuk mengelola kehidupan. Baik dan buruknya kehidupan sangat bergantung pada kesadaran manusia dalam memahami perannya sebagai khalifah Allah Azza wa Jalla. Manusia dan alam semesta terikat dengan ketentuan dan syariat-Nya agar kesinambungan dan keseimbangan ekosistem kehidupan terwujud secara harmonis. Di sinilah pentingnya pemahaman akan makna waktu, hakikat waktu dan cara memperlakukan waktu. Betapa banyak orang yang tidak paham dan masa bodoh dengan waktu, hidupnya tidak lagi terarah, hingga waktunya habis untuk hal-hal yang tidak bernilai bagi dirinya maupun kehidupan di sekitarnya. Sebagaimana yang dikatakan Imam Al Ghazali rahimahullahu,
قال الإمام الغزالي رحمه الله ال
أربع لا يعرف قدرها إلا أربعة المو
لا يعرف قدر الحياة إلا الموتى
ولا قدر الصحة إلا أهل السقم،الهر
ولا قدر الشباب إلا أهل الهرم
ولا قدر الغنى إلا أهل الفقر
Imam Al Ghazali rahimahullahu berkata: Tidak akan mengerti berharganya 4 hal kecuali 4 orang: Tidak akan mengerti berharganya kehidupan kecuali orang yang sudah wafat, tidak mengerti berharganya sehat kecuali orang yang sudah sakit, tidak mengerti berharganya masa muda kecuali orang yang sudah tua, tidak mengerti berharganya masa kaya kecuali orang yang sudah fakir...
Saudaraku,
Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata:
اِبْنَ آدَمَ إِنَّمَا أَنْتَ أَيَّامٌ كُلَّمَا ذَهَبَ يَوْمٌ ذَهَبَ بَعْضُكَ
“Wahai Ibnu Adam (manusia), kamu itu hanyalah (kumpulan) hari-hari, tiap-tiap satu hari berlalu, hilang (adanya kematian) sebagian dirimu.”
(Riwayat Abu Nu’aim dalam Hilyatul-Auliya)
Saudaraku,
Dikisahkan ada seorang anak kecil bertanya pada ayahnya: “Ayah, bisakah selama hidup, kita tidak berbuat dosa?” Ayahnya menjawab sepertinya tidak mungkin, Nak..”
“Mungkinkah jika setahun saja kita tidak berbuat dosa sama sekali?” anak kecil itu bertanya lagi dan ayahnya menjawab dengan jawaban yang sama. “Bagaimana jika sebulan saja, kita melewati hidup ini tanpa berbuat dosa, bisakah Ayah?” tanyanya lagi pada ayahnya. Lagi-lagi ayahnya menjawab, “Sepertinya juga tidak mungkin, Sayang...” Anak kecil itu terus mengejar dengan pertanyaan, “Bagaimana jika seminggu atau sehari tidak berbuat dosa?” dan ayahnya menjawab dengan jawaban yang hampir sama. Akhirnya ia bertanya, “Bagaimana jika sedetik saja kita tidak berbuat dosa? Bisakah Ayah?” Kali ini ayahnya tersenyum lebar dan menjawab, “Sepertinya itu masuk akal dan bisa dilakukan Nak.” Anak kecil itupun gembira dan berkata, “Kalau begitu, aku mau menjaga detik demi detik hidup yang aku jalani agar aku terhindar dari berbuat dosa. Aku rasa menjalani hidup detik demi detik itu jauh lebih mudah kan, Ayah?”
Subhaanallah,
Memang begitulah seharusnya kita jalani hidup ini. Detik demi detik dengan terus menjaga kesucian diri, dengan kesabaran, ketabahan dan keikhlasan hingga Allah Azza wa Jalla memanggilnya...
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah, senantiasa memanfaatkan waktu mengabdi dan menghamba hanya kepada Allah Azza wa Jalla untuk meraih ridha-Nya...
Aamiin Ya Rabb.