-->

Postingan Terupdate

Hukum Mendikte Allah SWT

MENGINGINKAN KESUDAHAN YANG BAIK DALAM SETIAP URUSAN Sahabat gudang syair , Franklin Roosevelt, presiden Amerika Serikat  awal tahun 40-an p...

Hukum Mendikte Allah SWT

gudang syair
26 Agustus, 17.31 WIB Last Updated 2025-08-27T00:31:50Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini

MENGINGINKAN KESUDAHAN YANG BAIK DALAM SETIAP URUSAN

Sahabat gudang syair, Franklin Roosevelt, presiden Amerika Serikat  awal tahun 40-an pernah menyatakan bahwa dalam politik, tidak ada yang namanya kebetulan atau kecelakaan. Bila terlihat seperti kecelakaan, maka itupun sengaja dibuat seperti kecelakaan. Pernyataan ini masih relevan jika dikaitkan dengan peristiwa demonstrasi di depan gedung DPR setelah muncul pemberitaan seputar gaji dan tunjangan anggota DPR lebih dari Rp150 juta per bulan yang dinilai anggota DPR layak untuk mendapatkannya. Dalam situasi seperti itulah muncul tuntutan pembubaran DPR karena kebijakan itu sangat tidak layak di tengah sulitnya ekonomi masyarakat.

Sobat, Kita tidak boleh memaksa Allah Azza wa agar memenuhi apa yang menjadi pilihan kita. Tugas kita adalah pasrah dan tawakal pada apa yang Allah Azza wa Jalla tetapkan. Karena pilihan Allah Azza wa Jalla pasti terbaik untuk kita.
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Al-Fawaid masih membahas firman Allah Azza wa Jalla,

 ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ


“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Sobat, Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan faedah lainnya dari ayat di atas, “Di antara hikmah yang terkandung di dalam ayat ini ialah jika seorang hamba menginginkan kesudahan yang baik dalam setiap urusannya, maka ia dituntut untuk menyerahkan segala urusannya kepada Allah Yang Maha Mengetahui akibat segala urusan, serta ridha atas pilihan dan ketentuan Allah Azza wa Jalla baginya.
Hikmah lainnya yang dikandung ayat ini ialah seorang hamba tidak berhak mengajukan usul kepada Rabb-nya, tidak berhak mendikte Rabb-nya agar memenuhi pilihannya dan tidak berhak memohon agar diberikan sesuatu yang dia sendiri tidak mengetahui bagaimana kesudahannya. Sebab, boleh jadi sesuatu yang dimintanya justru membahayakan dan membinasakannya karena ia tidak mengetahui akibat dan dampak negatifnya. Atas dasar itu, manusia sama sekali tidak boleh memaksa suatu pilihan kepada Rabb-nya. Yang sebaiknya dilakukan adalah hendaknya ia memohon pilihan yang terbaik dari Allah Azza wa Jalla dan meminta agar hatinya ridha atas pilihan tersebut. Sebab, tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi dirinya selain daripada itu.

Sobat, Hikmah lainnya adalah apabila seorang hamba telah menyerahkan urusannya kepada Rabb-nya dan ridha atas pilihan Allah Azza wa Jalla untuk dirinya niscaya Allah Azza wa Jalla akan membantunya menerima pilihan itu dengan menganugerahkan ketegaran, kebulatan tekad, dan kesabaran hati. Lalu, Allah Azza wa Jalla akan menghindarkannya dari segala macam bencana yang mungkin terjadi apabila seorang hamba berpegang kepada pilihannya sendiri.
Sobat, Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

من وَطَّنَ قلبَه عند ربه سكن واستراح، ومن أرسله في الناس اضطرب واشتد به القلق

"Barangsiapa memfokuskan hatinya kepada Rabb-nya maka ia akan tenang dan nyaman. Dan barangsiapa melepaskan hatinya kepada manusia maka ia akan goncang dan sangat gelisah."


Sobat,Orang yang baik memberi kita kebahagiaan. Orang yang buruk memberi kita pengalaman. Orang yang jahat memberi kita pelajaran.
Setiap orang yang hadir dalam kisah kehidupan kita, bukanlah suatu kebetulan. Mereka dihadirkan oleh Allah Azza wa Jalla untuk senantiasa memberi hikmah dan pelajaran dalam perjalanan hidup kita.


Sobat,Dunia ini Allah Azza wa Jalla ciptakan bukan untuk bersenang-senang, karena hakikatnya dunia merupakan tempat hukuman, seperti Adam dan Hawa dahulu. Lalu kapan linangan air mata akibat kesedihan, perpisahan, rasa sakit, kesulitan itu sirna
dan berhenti? Nanti... Saat Allah Azza wa Jalla mengatakan _udkhulul jannata la khaufun 'alaikum wala yahzanun_ "Masuklah kalian ke dalam surga tanpa rasa takut dan kesedihan." Justru kita seharusnya khawatir kalau hidup kita senang terus, mudah terus, jangan-jangan Allah Azza wa Jalla segerakan nikmat kita di dunia tapi tidak di akhirat.

Sobat,Nilai dan kemuliaan seseorang adalah sesuai dengan yang apa diinginkannya.
Ibnu Rajab al-Hanbaly rahimahullah berkata,

قيمة كل إنسان ما يطلب، فمن كان يطلب الدنيا فلا أدنى منه فإن الدنيا دنية


"Nilai setiap orang tergantung pada hal-hal yang menjadi keinginannya, jadi siapa yang keinginannya adalah dunia maka tidak ada yang lebih rendah darinya, karena sesungguhnya dunia ini adalah sesuatu yang rendah."(Lathaiful Ma’arif, hlm. 245)

Keinginan dan syahwat dunia dinilai rendah karena akan melenakan dan melupakan urusan akhiratnya. Ingatlah bahwa dunia ini bukan tempat tinggal, tapi tempat meninggal. Mengapa kita harus mengejar mati-matian kekuasaan, kekayaan dan segala urusan dunia, padahal itu tidak bisa dibawa saat mati?

Sobat,Betapa beratnya untuk istiqamah menata hati dan menjalankan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla. Di sisi lain betapa menariknya kemaksiatan sering menghampiri, sehingga kita tergoda untuk melakukannya tanpa mempertimbangkan akibatnya.

"مشقة الطاعة تذهب ويبقى ثوابها وإن لذة المعاصي تذهب ويبقى عقابها". (ابن الجوزي)


"Rasa berat menjalankan ketaatan dapat lenyap, namun pahalanya tetap tercatat. Demikian pula rasa nikmat ketika berbuat maksiat segera hilang, namun balasan siksaanya takkan pernah terhapuskan". (Ibnu Al-Jauzi)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa belajar menata hati atas segala iradah Allah Azza wa Jalla untuk meraih ridha-Nya.

Komentar

Tampilkan

Terkini

NamaLabel

+