Jadikan Ketaatan sebagai Kesibukan yang Menyenangkan
Sahabat gudang syair, Syaikh Nawawi Al-Bantani dalam mensyarahi perintah Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah dalam salah satu karyanya, Nashaihul 'Ibad mengingatkan kepada kita:
Cukuplah taat sebagai kesibukanku. Ketika kita mampu menyadari bahwa betapa beruntungnya kita dihadiahi kehidupan dan Islam, maka sudah sepantasnya kita juga sadar, bahwa tak ada kesibukan lain yang lebih bisa kita banggakan daripada patuh pada-Nya di mana pun dan kapan pun kita berada,
فطاعة الله تعالى أعظم الأشغال
Karena patuh (taat) pada Allah Azza wa Jalla adalah kesibukan terbesar bagi kita, selaku hamba-Nya, menyingkirkan kesibukan menuruti nafsu syahwat dan maksiat kita, yang seringkali mengajak kita untuk pergi menjauh dari-Nya. Bahwa banyaknya godaan dalam hidup adalah sebuah keniscayaan, sehingga kita dituntut untuk selalu bisa mengendalikan diri dalam setiap kondisi...
Pelajaran tentang makna syukur dan kesabaran, takut dan harapan, kesulitan dan kemudahan, hingga pelajaran tentang hakikat hidup dan kematian,
فإن الموت أكبر المواعظ للناس
Karena sesungguhnya pelajaran (nasihat) terbesar bagi kita manusia, adalah kematian. Sehingga apa saja yang saat ini kita lakukan dalam kehidupan, apabila kita ingat akan kematian, sebisa mungkin amal shaleh dan ketaatan akan lebih mudah kita lakukan,
إِنَّ مِنْ نَعِيمِ الدُّنْياَ يَكْفِيْكَ اْلإِسْلاَمُ نِعْمَةً
وَإِنَّ مِنَ الشُّغْلِ يَكْفِيْكَ الطَّاعَةُ شُغْلاً
وَإِنَّ مِنَ الْعِبْرَةِ يَكْفِيْكَ الْمَوْتُ عِبْرَةً
"Dari sekian banyak nikmat dunia, cukuplah Islam sebagai nikmat bagimu. Dari sekian banyak kesibukan, cukuplah ketaatan sebagai kesibukan bagimu. Dan dari sekian banyak pelajaran, cukuplah kematian sebagai pelajaran bagimu."
(Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.)
Meski dunia adalah penjara bagi kaum beriman, tapi dunia bukanlah Neraka bagi mereka. Keimanannyalah yang menuntun mereka menikmati hidup dalam kecintaan kepada Allah Azza wa Jalla, berbahagia karena bisa menyuguhkan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla. Subhanallah, sungguh nikmatnya...
Allah Azza wa Jalla berfirman,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُون
"Barangsiapa yang beramal shaleh baik lelaki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Kami akan berikan kepada mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka perbuat."
(QS. An Nahl: 97)
Ibnu Abbas radhiyallahu anhu menjelaskan bahwa ‘kehidupan yang baik’ itu adalah kebahagiaan di dunia.
(Zaadul Masiir karya Ibnul Jauzi, 4/125)
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah menjelaskan bahwa makna kehidupan yang baik (indah) itu adalah Surga dunia.
(al-Jawaabul Kaafi, 1/139)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan:
Manusia jika terus menerus taat kepada Allah Azza wa Jalla secara lahir dan batin, ia berada dalam kenikmatan iman, dan ilmu memasukinya pada sisi-sisinya, maka ia berada di Surga dunia. Sebagaimana disebutkan dalam hadits: Jika kalian bertemu dengan kebun-kebun Surga, bergabunglah. Ditanyakan kepada Nabi: Apakah kebun-kebun Surga itu? Nabi menjawab: Majelis-majelis dzikir (ilmu).
(Majmu’ al-Fataawa,14/160)
Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu tidak kerasan tinggal di dunia kalau tidak ada 3 hal:
1) Shalat,
2) Duduk di majelis ilmu,
Umar radhiyallahu anhu berkata,
لَوْلَا ثَلَاث لَأَحْبَبْتُ أَنْ أَكُوْنَ قَدْ لَقِيْتُ اللهَ لَوْلَا أَنْ أَضَعَ جَبْهَتِي لله أَوْ أَجْلِسَ فِي مَجَالِسٍ يُنْتَقَى فِيْهَا طَيِّبُ الْكَلَامِ كَمَا يُنْقَى جَيِّدُ التَّمْرِ أَوْ أَنْ أَسِيْرَ فِي سَبِيْلِ الله عَزَّ وَجَلَّ
"Kalaulah tidak karena 3 hal, aku ingin segera berjumpa dengan Allah. Kalaulah tidak karena aku letakkan dahiku (bersujud) untuk Allah, atau aku duduk di majelis untuk memetik ucapan-ucapan yang baik sebagaimana memetik kurma yang baik, atau aku berjalan (berjihad) di jalan Allah Azza Wa Jalla.
(HR. Ahmad dalam az-Zuhd)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan makna ucapan Umar bin al-Khaththab itu termasuk ucapan yang padat dan sempurna. Beliau adalah orang yang diberi ilham (kebenaran). Setiap ucapan beliau berisi kebaikan. Seperti 3 hal yang beliau sebutkan itu. Beliau menyebutkan shalat, jihad, dan ilmu. Tiga hal ini adalah termasuk amalan yang paling utama dalam Islam.
(Minhajus Sunnah An Nabawiyyah, 6/39)
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah menyatakan: Sikap menghadapkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, _inabah_ (kembali bertaubat) kepadaNya, ridha kepadaNya, penuhnya cinta kepada Allah Azza wa Jalla dalam hati, tekun dalam berdizkir mengingat-Nya, gembira dan bahagia karena mengenal-Nya, adalah balasan yang disegerakan. Itu adalah Surga (dunia). Juga (kenikmatan) kehidupan yang tidak bisa dibandingkan dengan kehidupan raja-raja sekalipun. Dan aku pernah mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, semoga Allah Azza wa Jalla menyucikan ruh, beliau berkata: Sesungguhnya di dunia terdapat Surga. Barangsiapa yang tidak memasukinya, tidak akan memasuki Surga akhirat.
(al-Waabilus Shayyib, 1/67)
Adapun kenikmatan Surga merupakan kenikmatan yang kekal abadi dan terus-menerus. Allah Azza wa Jalla berfirman,
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ بَاقٍ ؕ
"Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal."
(QS. An-Nahl: 96)
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menjadikan ketaatan sebagai kesibukan kita untuk meraih ridha-Nya...
Aamiin Ya Rabb.